Thursday, January 29, 2015

0

Orang Tua, Siapa mereka?


Tulisan ini, sebenarnya terinsiprasi saat saya beberapa kali menemukan pengalaman yang unik. JALANAN. Ya, jalanan banyak sekali menceritakan banyak hal. Sebagai pengguna jasa angkot, bis, dan kereta. Banyak saya temui kejadian. Termasuk saat pengalaman saya ketemu ibu-ibu dan seorang nenek-nenek di sebuah kereta.

Pertama, Seoran ibu, berpakaian apa adanya, sendal jepit, dan membawa tentengan plastik, duduk disamping saya. Awalnya, dia membuka obrolan,
“Turun dimana neng?”
Setelah saya jawab, tiba-tiba ia cerita tentang kehidupannya. Tentang anaknya, saudaranya, dan berlanjut ke tempat ia bekerja. Dari ceritanya bisa disimpulin, kehidupannya sangat berat. Di usianya yang bisa dibilang gak muda lagi, dia masih harus berjuang, agar ia bisa bertahan hidup. Dia Cuma punya anak satu-satunya, sudah menikah, dan punya satu orang anak. Beberapa waktu lalu, anaknya dan menantunya kecelakaan dan meninggal di tempat. Sekarang cucu satu-satunya ini harus tinggal bersama ibu ini.
Inget-inget tentang segala bentuk kejahilan kriminal di jalanan, Saya gak setuju kalo Ibu ini akan berniat jahat. Buktinya, sampai kami turun distasiun yang sama pun, kami berpisah dengan baik. *Haiiss... kaya hubungan* #eh. Setelah itu, saya gak pernah liat ibu itu lagi. Kalaupun harus mengingat wajahnya, saya gak inget. Karena selama saya berbincang dengan ibu ini, jarang saya menatap wajahnya.


Ilustrasi di dalam kereta

Kedua, saya ketemu seorang nenek-nenek di stasiun Manggarai. Tempat saya transit kereta, dari Bekasi ke Tanah Abang. Saat menunggu kereta arah Tanah Abang, saya duduk di suatu peron. Sambil cek Handphone, sesekali agak galau plus cemas karna udah hampir jam 9, keretanya belum dateng. Tiba-tiba, ada nenek-nenek yang menggunakan pakaian terusan seperti gamis, tas hitam, dan kerudung khas nenek, jaman dulu. menghampiri saya,
“Neng, ini ke Tanah Abang yah?”
 “Iyah, Nek”
Sambil tetap berdiri, “Saya sedih! Saya diusir sama anak saya! Sedih! Sedih! Sedih, Neng!!”  
*langsung pergi*
“..........................”

Cengok, heran, bingung, kepikiran. Nenek ini gak ngizinin saya buat ngerespon ucapannya satu kata pun. Kenapa langsung pergi? Kenapa tiba-tiba ngomong gitu? Klo nenek mau cerita, kenapa gak ngizinin saya buat ngerespon omongannya?  *bingung*

Masih banyak sebenernya kisah aneh yang saya temuin. Tapi dua sosok diatas yang paling saya ingat sampai sekarang.  Dua sosok ini, sepertinya kehilangan pihak yang bisa ia ajak cerita, yang bisa ia curahkan segala keluh kesahnya. Kehilangan. Iyah, mereka kehilangan putra putrinya yang seharusnya bisa memeluknya, mendengarkan curahannya, dan melindunginya.

Masih inget sekali, bagaimana saat ibu saya sendiri sedang cerita. Kesal, sedih, senang, semuanya bisa ia curahkan leluasa kepada saya. Bedanya mama (sebutan ibu kandung saya) dengan dua sosok tadi, mama masih punya kami, kelima anaknya yang selalu bersamanya. Masih punya papa (ayah kandung saya) yang juga kita bisa berbincang banyak hal dengannya.

Mama dan cucu ke-8 :)
Mama dan Papa yang punya 5 anak saja, kadang sering gak sependapat, masih merasa butuh lebih perhatian, dan mau selalu di ’iyakan’. Wajar. Karna kelima anak, yang dilahirkan dan dibesarkan sama, belum tentu sering sependapat dengan mereka. Kami ber-5 berkembang dalam lingkungan yang berbeda dan nilai hidup yang berbeda. Saat besar pun punya pandangan masing-masing. Sedangkan orang tua, hanya ingin anaknya baik-baik saja, semua yang mereka inginkan untuk kebaikan anaknya.


keluarga Caniago, Aku masih TK lho :)

Sebagai anak terakhir dan satu-satunya yang belum menikah, masih berasa sekali mereka membutuhkan sosok anak yang dekat dengannya, mendengarkan apa yang ingin mereka katakan, memahami setiap keyakinan mereka tentang sesuatu.

Saat mereka tua, bahkan bertambah tua. Mereka hanya berharap anaknya tetap disampingnya, tetap mendengarkannya, dan tetap memahami keinginannya. 


0 comments:

Post a Comment