Wednesday, October 29, 2014

0

konflik ada untuk dibuat



"konflik ada untuk di buat." begitu menurut salah satu dosen komunikasi. menurutnya, sulit bagi kita untuk bersatu dengan orang lain yang berbeda visi dan misi. sedih rasanya jika harus berbeda faham dengan saudara sendiri--saudara seiman.

ketika pertama kali masuk kuliah, aku telah menyadari ternyata aku masuk kandang salah satu organisasi luar kampus. memang ini adalah jurusan komunikasi-- komunitas anak-anak jurusan konunikasi. tapi, sekarang harus diakui bahwa tidak ada mahasiswa yang bersih dari politik dan orang-orang di dalam jurusan ini lebih memilih untuk menjadikan organisasi yang satu itu adalah organisasinya. entahlah, apa yang menyebabkan mereka "kompak" memilih organisasi ini. sepertinya terjadi provokasi di dalamnya. perkataanku bukan main-main atau cuma asal jeplak. tapi provokasi telah aku rasakan ketika hari pertama aku mengikuti ospek jurusan. ketika itu aku dan semua peserta ospek mulai diajak untuk berpikir logika atas segala sesuatu. termasuk tentang agama.
Beuuuhhh......

parah, bukan? akal kita tidak akan pernah bisa sampai untuk memikirkan hal-hal yang telah ditetapkan agama. Dimana Tuhan? sejak kapan tuhan ada? apakah dengan kalian sholat, kita bisa menemukan Tuhan? apakah dalam keberhasilan ataupun kehidupan manusia ada campur tangan tuhan? beberapa pertannyaan yang mereka lontarkan membuat aku kurang nyaman diruangan itu. terlebih, kebijakan aku untuk diam, dibuyarkan oleh mereka karena berulang kali dalam tiap poin-poin pertanyaan dan peryataan mereka, aku dutunjuk unutuk mengeluarkan pendapat. padalah, bukan cuma aku peserta dalam ruangan itu.

hari-hari ku lalui dengan keadaan tersebut. sering kali ketika aku pulang dari masjid setelah usai sholat, terlontar ucapan mereka," gimana? ketemu gak sama tuhannya?" tentu pertanyaaan itu aku respon dengan santai. aku gak mau dianggap kaku oleh mereka.
Tiap hari ku memohon pada sang Kholiq agar aku diperkuat dengan keadaan ini karena aku tau, mudah sekali mengajak orang pada keburukan dan sangat sulit sekali mengajak orang pada kebaikan. aku masih rentan. butuh kekuatan dari Mu ya Rabb agar mampu menjalani semuanya dengan mudah. oleh sebab itu aku tidak mau menjadi seperti mereka.

ketika masa akreditasi jurusanku,(maklum, baru empat tahun berdiri), alhmdulillah, aku masuk bagian dalam tim akredirtasi. menurutku, ini keberuntungan--keberuntungan dari Allah, karena masa itu aku bisa kenalan dengan kakak senior atas yang jarang aku lihat. terlebih, bisa dikenal oleh dosen-dosen yang gak pernal masuk kelasku. ketika aku diajak untuk shooting, aku berkenalan dengan seorang dosen. perkenalanku dengan beliau biasa saja. tidak ada aroma ataupun sinyal yang menunjukkan beliau berbeda dengan dosen komunikasi lainnya. gak banyak harapan yang aku lemparkan kepadanya. tromaku cukup utuk membuatku tidak percaya kepada semua orang dalam komunikasi. " mereka semua H....!" kalimat seru itu yang selalu aku tanamkan sekokoh-kokohnya dalam hati dan benakku. dalam menit terakhir pertemuanku dengan dosen itu,"boleh, saya minta no kalian?" saat itu aku bersama dua orang temanku. kami memiliki pemikiran yang sama mengenai mereka. dengan mudahnya aku memberi no telponku dan kembali tidak berharap bahwa ia akan menolongku dalam kandang ini.

pemikiranku salah. dosen itu antusias untuk menolong kami dari jeratan ini. berulang kali ia meminta kami untuk menemuinya di suatu tempat. di tempat itu, beliau memberi kami motivasi segudang keberanian. tapi sayang, kami masih takut untuk melawan mereka. mealawan seribu kepentingan yang telah lama mewarnai jurusan kami.


sekarang, kami lebih memilih untuk tenang. mengikuti alur yang ada tanpa mengosongkan pikiran kami dengan tujuan awal. biarlah mereka berbicara dan berperilaku sesukanya sampai kami berhasil masuk ke golongan mereka. setelah kami berhasil mengetahui segalanya, akan mudah bagi kami untuk mengetahui segala kelemahannya. yah...aku harap begitu.

"Maafkan kami yang belum berani untuk memerangi segalanya. tapi kami yakin, suatu saat nanti, kami akan merubahnya. entah kapan kemenangan itu akan datang. innallaha ma'ana"

0 comments:

Post a Comment