Monday, April 4, 2011

0

Hidupku Adalah Roda Berputar

Ketika kecil, aku dimanjakan dengan harta. bapakku adalah seorang pedaganng pakaian di salah satu pasar kota Jakarta. hidup kami menyenangkan. bagaimana tidak,, dari hasil penjuanalan usaha bapak, beliau mamapi menyekolahkan keempat kakakku. ketika itu, aku belum sekolah. aku masih berusia 5 tahun satu tahun kemudian, pengeluaran bapak bertambah karena tahun itu aku mulai masuk taman kanak-kanak (TK). walau begitu, simpanan bapakku masih cukup untuk mengembangkan bisnisnya.

usahannya kian maju disaat kakak-kakakku memasuki dunia perkuliahan. gak serentak sih,.. tapi ketiga kakakku masuk kuliah satu persatu tiap tahunnya. sampai disatu tahun, ketigfa kakakku resmi berstatus mahasiswa. tidak perlu ditannya berapa jumlah pengeluaran bapak tiap bulannya ketika itu. tentu besr sekali..terlebih, jika ditambah uang SPP sekolahku. lalu, bagaimana dengan kakakku laki-laki semata wayang? dia tidak kuliah. dengan bermodal keterampilan di SMK, kakakku lebih memilih untuk kerja. padahal, jika dibandingkan, kakakku kan laki-laki. seharusnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, karena ia akan menjadi kepala rumah tangga, nanatinya. maklumlah, anak laki-laki semata wayang. ibuku lebih menggunakan hati nuraninya ketika anak meminta pertimbangan dalam mengambil keputusan.

disaaat pengeluaran keluarga kami membengkak, bapakku masih bisa memberikan aku dan ibu uang untuk shoping. bukan hanya jalan-jalan, ketika kami kembali pulang, pasti ada koleksi aku dan ibu yang terbaru. gak heran, aku hafal sekali dengan isi dan tata letak di mol yang sering aku dan ibu kunjungi.

sepuluh tahun berlalu, satu per satu kakakku lulus dan melepas status mahasiswanya..disaat yang sama, kondisi keuangan bapakku semakin berkurang seiring berkurangnya jumlah anak yang lulus dari perguruan tinggi. Alhamdulillah, ketika itu kondisi keuangan kami masih stabil. kami masih cukup untuk semua kebutuhan hari-hari kami dan biaya sekolahku. aku sempet kesal dengan ibu. ketika ibu berjualan, ibuku sudah gak asik. dulu, ketika ibu punya uang, mudah sekali bagiku untuk ngakajnya jalan-jalan. sekarang, ketika aku tau ibu punya uang, ia lebih memilih membelanjakan uangnya untuk dagangannya. hmm... lambat laun, aku sudah terbiasa dengan kondisi ini.

dua tahun kemudian, tahap demi tahap, kondisi keuangan kami terus menurun. sampai akhirnya, ibuku memutuskan untuk membuka usaha dirumah. usaha ibuku memang bertahap maju. keuangan kami lebih membaik dari sebelumnya. Tetapi, usaha bapakku mengalami masalah. pasar tempat bapakku berjualan, akan dibangun. sehingga semua pedagang disana harus pindah ke penampungan. sebenarnya itu bukan masalah. karena semua pedagang mendapat tempat pengganti disana. tapi, masalahnya, status tempat usaha bapakku ketika di pasar lalu adalah kontrak. sehingga bapakku tidak punya jatah di penampungan itu. terlebih, pemilik tempat kontrakan bapakku sudah tidak mau lagi memperpanjang masa kontrakannya. akhirnya, bapak harus mencari tempat baru di penampungan itu.

persoalan pembangunan pasar, sempat mendapat respon negatif oleh para penjual. kontro versi antar pengelolah pasar dan pedagang sempat kisruh sampai saat itu semua stasiun televisi menyiarkan berita itu. karena konflik itu, semua pedagang termasuk bapakku ikut mengurusi konflik itu. alhasil, mereka tidak buka toko hingga beberapa minggu.

dua bulan bapak tidak berjualan. bapak sibuk mencari tempat kontrakan untuk kembali berdagang. ketika dapat, ternyata tempatnya tidak strategis. di belakang. jarang ada pengunjung yang melewati tempat itu, yah...dapat di duga, perputaran keuangan bapak mulai tidak sehat. simpanan bapak habis untuk uang kontrak tempat. dikondisi inilah bapak terlilit hutang.

ibuku? usahanya belum mampu untuk membantu krisis bapak. ibu masih butuh waktu untuk terus mengembangkan usahanya. maklum saja, usaha ibu dibangun dari hutang. sehingga, hasil dari ibu usaha, hanya mampu untuk perputaran usaha dan cicilan hutang. tapi, ibu masih beruntung. karena ia mampu mengktedit motor hingga lunas.

dari kondisi usaha kedua orang tuaku yang seperti ini, otomatis berdampak padaku yang masih memerlukan dana pendidikan. dari kondisi ini, aku mulai memiliki tunggakan disekolahku ketika SMA. aku masih bersyukur, karena kakak dan tanteku mau membantu melunasi semua tungakan disekolah. sampai akhirnya, aku bisa lulus dengan tenang. aku lebih bersyukur lagi, ketika kondisi keluarga kami sekarang, aku masih bisa kuliah. alhamdulillah, aku memperoleh beasiswa Fullbright di UNISMA.

hidupku terus berputar. dulu, kami diatas. sekarang, aku bisa merasakan bagaimana perasaan saudaraku yang lain ketika kondisi dibawah.


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment