Interaksi manusia dengan lingkungan sekitar dapat membentuk ataupun merubah kepribdian seseorang. Melalui lingkungan, manusia terbentuk. Oleh karena itu, lingkungan merupakan faktor penting dalam terbentuknya figure seseorang. Faktor ini lebih mempengaruhi ketika manusia berusia kurang dari 20 tahun, karena saat masa itu manusia masih terombang-ambing dalam pencarian jati dirinya. Sehingga, sangat mudah lingkungan dapat mempengaruhinya.
Bagaimana dengan saya?. Saya pun manusia. Tentunya mengalami peristiwa yang sama. Akan saya ceritakan, bagaimana orang-orang dalam lingkungan terdekat mempengaruhi saya. Saya akan jabarkan beberapa lingkungan yang saya sadari bahwa ini merupakan hasil dari Komunikasi antar pribadi. Tentunya kesadaran ini saya sadari setelah mempelajari ilmu Komunikasi. Dengan ucapan-ucapan yang sering mereka ungkapkan seolah menghipnotis saya untuk menjadi seperti apa yang ia katakan. Semudah itukah? Tentunya.
Pada dasarnya, saya adalah orang yang pemalu dan penakut. Malu bertemu orang lain, malu berbicara, terlebih harus bedebat sesuatu dengan orang lain. Jangankan pada orang lain, orang tua saya pun termasuk ke dalam orang orang yang saya pun malu dan takut kepadanya. Oleh karena itulah, kedua orang tua saya sangat mengenali saya dengan baik.
Sifat itu terus menempel pada kepribdian saya. Saat ini, saya sadar bahwa ini dapat diubah. Tapi, ketika itu saya terpengaruh oleh ucapan ibu saya. Saya yang pemalu menjadi lebih pemalu lantaran ibu sering memperjelas hal itu. Ketika orang lain sedikit mempercayakan kepada saya terhadap suatu hal, maka ibu pun mengatakan, “ ah, dia mah pemalu!”. Ucapan ini terus terlontarkan ketika orang lain mendekati saya. Saya tahu tentunya hal ini tidak baik untuk dilakukan. Tentunya, saya baru menyadari hal ini ketika telah mempelajari ilmu Komunikasi.
Bertahun-tahun saya menjadi apa yang lingkungan ajarkan pada saya. Hingga akhirnya, saya memasuki dunia SMA. Ketika banyak orang tua berkata bahwa masa SMA adalah masa yang paling menakutkan bagi anaknya lantaran pergaulan bebas yang dapat menyeret anaknya ke dalam tidakan buruk. Tidak bagi orang tua saya. Di masa ini, saya mengalami perubahan kearah positif. Lingkungan mempengaruhi saya untuk keluar dari segala kemerundukan kepribadian saya.
Saya tetap pemalu, tapi karena semua guru dan teman-teman di SMA, rasa malu saya berkurang. Terlebih ketika mereka mempercayai saya untuk bergabung dalam Oganisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Di sana saya mendapat banyak ilmu. Saya yang buta organisasi menjadi orang yang banyak tahu tentang hal itu. Melalui berbagai rintangan yang saya hadapi di OSIS, menjadikan saya lebih matang dalam bersikap, terutama dalam hal public speaking. Organisasi ini telah mengubah saya menjadi lebih berani menatap dan berbicara lantang dalam khalayak ramai.
Bukan hanya hal itu, selain peningkatan percaya diri, sekolah ini telah merubah saya menjadi lebih islami. Bimbingan dan suasana kekeluargan yang diterapkan sekolah itu, mudah bagi saya untuk menuruti segala tuntunan mereka. Banyak ilmu islam yang saya dapatkan. Sebelumya saya tabu akan hal itu. Saya memang islam. Tapi, saya merasa baru menjadi hamba Allah SWT., ketika di sekolah ini. Sekarang, saya nyaman mengenakan jilbab. hingga saya lepas dari sekolah itu,saya dapat menyimpulkan bahwa Islam itu Indah, kawan.
Lepas dari SMA, memasuki pergurun tinggi, lingkungan baru saya hadapi. Setelah beberapa bulan, saya paham bahwa diri saya kembali mengalami penurunan percaya diri. Berada di lingkungan yang lebih luas dan bertemu dengan orang-orang yang lebih hebat, kembali menembak saya untuk tidak mampu mengeksplorasi diri secara maksimal. Oleh karena itu, saya butuh waktu untuk kembali menjadi diri saya yang dulu. Tentunya, saya tidak mampu melakukan hal ini sendiri. Saya butuh orang –orang disekeliling saya menstimulasi aura positif untuk membentuk saya menjadi lebih hebat dari sebelumya.
0 comments:
Post a Comment